Selasa, 25 Desember 2012

mata... ~cerpen


            “Semua ini salahku! Mengapa nasib ini harus terjaadi padaku? Apa salah orang tuaku?  Aku tidak tega melihatnya!” Itulah yang selalu aku pikirkan setiap aku melihat ibuku, ibuku adalah ibu terbaik sepanjang masa, tapi karna ku ibu menjadi seperti ini, aku melihat ke cermin, aku melihat mataku, setiap aku melihat mataku, aku selalu sangat merasa bersalah pada ibuku, aku selalu berkata pada ibuku, “kenapa ibu rela melakukan ini untukku?” namun ibu selalu berkata “ini semua sudah terjadi” aku pun menjawab “mata ini punya ibu, bukan punyaku” kataku “ibuku pun menjawab “ibu ikhlas memberinya” aku pun berkata “aku mau memberikan mata ini lagi pada ibu” ibuku mengulang kata-kata itu lagi “ibu ikhlas memberinya” aku pun menagis
            Teringatlah aku pada cerita ayah, “aku terlahir buta, kornea mataku tidak berfungsi dengan baik, ibu tak tega melihatku, ibu pun berkata pada ayah, aku mau mataku diberikan pada  anakku, ayah pun melawannya, namun ibu tetap menginginkannya, tekatt ibu sudah bulat sehingga ayah tidak bisa menghalanginya, oprasai pun dimulai, ibu pun memberikan korneanya padaku” mendengar cerita itu aku merasa sangat terpaku, aku sangat tidak berguna, kelahiranku hanya membuat masalah, aku sangat bersalah pada diriku sendiri, ternyata semua ini salahku
*****
            Rasa bersalah terus menghantuiku, bahkan sampai sekarang, ibuku selalu berkata, jangan merasa bersalah lagi, kau lebih membutuhkan mata itu dari pada ibu, jika kamu merasa bersalah lagi, ibu akan kecewa, aku pun menyerah
******
            Minggu ini adalah UKK, jauh sebelum UKK aku sudah belajar dengan giat, membaca buku berulang kali, itu semua ku lakukan demi ibuku….
“duh… kenapa soal ini susah sekali” gumamku memandang soal bahasa inggris di depan mukaku
“apa ya… jawabannya?” gumamku, berusaha mengingat
“padahal aku sudah belajar sungguh-sungguh, kalau nilaiku kecil, pasti ibuku akan sedih” kataku menghela nafas, menahan nangis, lagi-lagi aku memikirkan ibuku, pasti ibu sedang hidup dalam kegelapan, jika nilai jelek pasti akan bertambah gelap, aku pun kembali melihat soal di depan mataku, satu persatu aku jawab dengan sebaik-baiknya
            Bel pun berbunyi nyaring, bertanda ulangan sudah selesai, aku melihat kertas jawabanku, walawpun sudah selesai semua, namun jawabannya tidak tau pasti, sedikit ada rasa kesal dalam hati, aku sudah belajar sungguh-sungguh, namun, aku masih kesulitan menjawaab pertanyaan, aku pun kembali memeriksa soal sebelum guru datang mengambil jawabanku, ssatu persatu aku lihat berulangkali, setelah sudah yakin, aku pun memberikan jawaban itu pada guru
            Setelah memberikan jawaban, aku pun mengambil tas polkadotku dan keluar kelas, aku berjalan pelan membayangkan hasil ulangan bahasa inggrisku, jika jelek, pasti ibu akan kecewa, itulah yang selalu aku pikirkan
*****
“assalamualaikum bu…” kataku mencium tangan ibuku yang sedang duduk santai di taman, walaupun ibu tidak bisa melihat, namun ibu bisa merasakan nyamannya alam luar
“waalaikum salam Nisiola…” kata ibuku mengelus rambut panjang ku
“gimana ulangannya?” kata ibuku
Dengan terpaksa aku menjawab
“mudah bu…”
“anak ibu memang pintar” kata ibuku dengan wajah bahagia, melihat itu rasa campur aduk itu datang, rasa senang, melihat ibu bahagia, rasa sedih mambayangkan jika ibu tau yang sebenarnya, rasa takut karna sudah berbohong, dan rasa kasihan yang paling mendalam
“sekarang kamu makan dulu sana… Mbok sudah memasakan rendang kesukaan kamu” kata ibuku, Mbok adalah sebutan buat pembantuku
“oke deh…..” kataku bersandiwara membuat perasaan ceria
Ibu pun tersenyum manis
*****
“baca lagi ah…” kataku membuka buku IPA ku, aku sudah membaca beberapa kali, menghafalinnya terus menerus, aku ingin dapat mengerjakan soal dengan mudah, tidak seprti bahasa inggrisku yang kemarin, sebenarnya, jauh sebelum ulangan, aku sudah belajar, agar nilaiku yang bagus, untuk membahagiakan ibuku, aku pun terus balajar, lagi… lagi… dan lagi
            Jarum pendek sudah menunjukan angka 10, mulutku terus menguap, mata terus berusaha membuka, aku pun kembali menghafal, tiba-tiba, ada seseorang masuk kedalam kamarku, ternyata itu adalah ibuku
“sudahlah Nisiola.. sekarang sudah waktunya tidur” kata Ibu, sambil memegang tongkat yang membantu ibu untuk melihat jalan
“tapi bu…” kataku
“tidurlah sayang…” kata ibuku dengan lemah lembut mengambil buku yang sedang aku baca
“baiklah bu…” kataku, aku pun berbaring, ibuku menemaniku, ibu pun mengelus  rambutku, saat aku sudah tertidur, ibu meraba mataku memastikan aku sudah tertidur, setelah itu ibu pun keluar dari kamarku
*****
            Aku berlari menuju tempat jemuran untuk mengambil handuk, aku melihat jam dindingku, aku semakin panic karna seperempat jam lagi bel masuk akan berbunyi, aku tidak boleh terlambat
“makannya jangan tidur terlalu malam” kata ibuku
“iya bu… hehe…” kataku sambil tergesa-gesa memasuki kamar mandi, saat mandi pun aku secepat mungkin membersihkan badanku dengan sabun, keramas, menggosok gigiku, mencuci mukaku dengan face foam, mengeringkan badanku, hingga memakai seragam
            Aku menggoes sepedahku cepat, naik sepedah lebih cepat dari pada naik angkot, jadi hari ini aku sengaja menaiki sepedah karna bentarlagi gerrbang sekolah akan ditutup, hatiku tegang bukan main, jika gerbang akan ditutup aku tidak bisa mengikuti ulangan IPA
            Aku menggoes sepedah lebih cepat, lima kilo meter lagi sampai ke sekolahku, dari kejauhan, sudah terlihat pak satpam yang sedang mengobrol, aku pun melihat jam tanganku, yang sudah menunjukan angka tujuh pas, seharusnya pintu gerbang sudah ditutup, namun ini kesempatan bagus, saat pak satpam sedang mengobrol, aku bisa menyelonong masuk, aku pun mempercepat goesanku
            Tiga kilometer lagi aku sampai di sekolah, sudah terlihat pak satpam sudah selesai dengan obrolannya, pak satpam pun memegang pintu gerbang, dan mau menutupnya, aku panic bukan main, jantungku berguncang sangat sangat kecang, aku tegang plus capek, pikiranku kacau, aku mempercepat goesanku, hingga akhirnya sampai di depan gerbang yang sudah tertutup
“pak… bukain dong… plisss….” Kataku memohon
“lihat sudah jam berapa neng!” kata pak satpam dibalik gerbang
“aku mohon pak… kali ini aja… aku janji tidak akan terlambat lagi….” Kataku
“kan sudah peraturannya, jam tujuh gerbang sudah ditutup!” kata pak satpam
“ku mohon  pak..” kataku nada memelas, berharap pak satpam akan membukakan pintu
“hhmm…” katanya, keringatku bercucuran, harapanku sangat besar
“baiklah… tapi jangan terlambat lagi” kata pak satpam membuka pintu gerbang, suara besi beradu yang terdengar sangat indah, aku lega sekali, hatiku lega, jantungku kembali normal, aku pun menjengjeng sepedahku membawa masuk kedalam sekolah, aku pun menaruh sepedahku di empat parkir sepedah, aku pun berlari  menuju kelas, sebenarnya rasa tegang belum pulih, aku akan menghadapi guru di kelasku, pasti aku akan dimarahi
“assalamualaikum..” kataku suara kecil
“kenapa kamu baru datang!” suara guru terdengar ngeri di telingaku
“maaf bu…” kataku
“kenapa kamu telat?” Tanya guru
“itu…” kataku belum selesai bicara
“tapi bukannya pintu gerbang seharusnya udah dikuncil? Kenapa kamu bisa masuk!” kata guru itu
Mendengar itu aku takut, aku pun pasrah…
“yasudah kalau begitu, cepat duduk” kata guru itu
Mendengar itu, aku kaget, kenapa ibu tiba-tiba menyuruhku duduk, aku pikir aku akan dibawa ke BK, tapi malah disuruh duduk, aku pun berjalan pelanmenuju bangkuku, sepertinya buguru mengira aku masuk sebelum bel berbunyi, jadi aku bisa masuk ke sekolah… hatiku lega
            Setelah aku duduk aku diberikan soal IPA dan LJK (lembar kertas jawaban) aku pun membuka soal IPAdan langsung mengerjakannya
“duh… kenapa otakku susah untuk berfikir, aku kan sudah belajar sungguh-sungguh!” gumamku kesal, aku merasa usahaku ini sia-sia, namun demi ibuku tercinta, aku harus mendapat nilai bagus, aku pun kembali melihat soalku dan menjawab soal satu persatu sebaik mungkin
*****
“eh… Nisiola… gimana ulangannya?” Tanya Fera, temanku
“susah banget, padahal aku sudah belajar susah payah!” kataku nada kesal
“iya, susah sekali, tapi kalau kita sudah berusaha pasti akan berhasil kok” kata Fera
“oya, katanya pulang sekolah hasil ulangan kemarin yang bahasa inggris akan dibagikan” kata Fera
Aku terdiam, tiba-tiba saja aku memikirkan ibuku
“Fera… di panggil susan tuh..” kata Andri
“aku pergi dulu ya Nis… dadah…” kata Fera
“dah…” kataku, Fera pun pergi meninggalkanku, aku pun merenung, kembali memikirkan ibuku
            Bel pulang sekolah berbunyi, guru bahasa inggris pun datang membawa banyak lembar, itu pasti hasil ulangannya, guru pun memanggil nama satu persatu murid, tak lama kemudian nama Nisiola pun di panggil, aku pun maju kedepan guru bahasa inggris pun memberikan kertas ulangan, aku pengambilnya pelan, saat aku lihat nilai ku, hatiku menangis sampai mataku mengeluarkan air mata, jantungku berdenyut lemas, apa yang harus aku katakana pada ibuku? Bagaimana perasaan ibuku jika ibu tau nilaiku 6,5? Nilai di bawah KKM ini, pasti ibu akan kecewa…
*****

            Hari ini adalah hari yang melelahkan, hari ini adalah hari berakhirnya ulangan selesai, lagi-lagi aku terpikirkan hasil ulangan-ulangan ku yang kemarin, semua hasilnya jelek, tidak ada yang diatas KKM, aku pun terpikirkan ibuku, sebenarnya, aku berbohong besar pada ibuku, setiap ibuku menanyakan tentang hasil ulangan, aku menjawab, “nilai ku bagus bu” aku pun menahan suara tangisku, dan menggantinya dengan nada ceria, aku takut jika ibu mendengar nada kecewa, ibu pasti akan tau aku berbohong, aku juga takut, jika aku berkata jujur, ibu akan kecewa
            Namun sekarang, ibuku sedang berada dalam kebohonganku, dia sedang merasa senang, karna kebohonganku, aku senang melihat dia bahagia, tapi aku juga kasihan melihatnya
“ibu… maafkan aku… aku sudah berbohong… sebenarnya nilaiku jelek… maafkan aku…” kataku tidak sengaja mengungkapkan apa yang dibicarakan hatiku
“PLAKKK”  terdengar luar kamar suara vas jatuh, aku langsung keluar dari kamar, betapa terkejutnya aku saat aku melihat ibuku, dengan wajah menangis, jangan-jangan ibu mendengar apa yang aku katakan!
“i….i…ibu…” kataku
“a…apak….kah i…bu men..dengar a..pa yang a…aku ka..ta…ka…n?” tanyaku takut sekali
“kenapa? Kenapa? Anakku… a…na…kku” ibuku pingsan! Aku pun memanggil ayahku, badanku membeku oleh rasa campur aduk, rasa bersalah, kasihan dan takut membuat aku tidak bisa bergerak, hanya air mata yang mengalir dipipiku
*****
Sekarang aku tau semuanya, lagi-lagi aku bertanya, “apa yang harus aku lakukan?” ibu ku pasti sedang berbaring di rumah sakit, sekarang aku tau bahwa ibuku sedang mengidam penyakit kangker, sudah dua hari ibuku belum sadar, bahkan aku belum meminta maaf pada ibuku, aku terus bertanya “apakah aku pambawa sial? Ibu memberikan korneanya untukku, dan aku malah mengecewakannya”
Sepertinya air mataku sudah habis, setelah ibuku pingsan aku hanya bisa menangis, sekarang yang aku dapat lakukan hanya belajar, belajar dan belajar, mulai sekarang aku berjanji akan mendapat nilai bagus
******
“SELAMAT KEPADA NISIOLA PUTRI PUSPITA…..”
Aku senang bukan main!!! Akhirnya hasil usahaku tidak sia-sia, aku mendapatkan nilai TO terbagus se-profinsi, hatiku seperti tumbuh pelangi, pikiranku melayang, jantungku berdenyut merdu, semua rasa senang ini tidak bisa disebutkan oleh kata-kata. Aku berlari menuju rumah, aku tidak sabar memberikan hal ini pada ayahku
“ayah….” Kataku membuka pintu
“anakku…” kata ayah tiba-tiba memelukku
“selamat ya… Nisiola…” kata ayah
“gimana ayah bisa tau?” tanyaku
“tadi ada gubenur datang, dan memberitaukan atas kemenanganmu, lihat, kamu diberikan piala, piagam dan beasiswa ke SMA khusus ternama, Nisiola memang hebat! Ayah bangga!” kata Ayah memberikan piala, piagam dan uang
 “bagaimana dengan ibu?” tanyaku
“ibu masih di rumah sakit, dia belum sadar! Bagaimana kalau sekarang kita menjenguk ibu” kata ayah, aku dan ayah pun menuju rumah sakit
“ibu… bangun bu… bangun… maafkan aku bu… aku telah berbohong pada ibu, aku tidak jujur pada ibu, maafkan aku bu… aku telah mengecewakanmu…” kataku menangis
“sudah ibu maafkan nak….” Akhirnya ibuku sadar
“IBU….” Kata ku dan ayah kaget
“sudah ibu maafkan, tapi lain kali jangan berbohong, kamu harus jujur, ibu tidak peduli nilai bagus atau tidak, yang ibu senang adalah usahamu nak… walaupun ibu tidak bisa melihat, tapi ibu bisa merasakan kerja kerasmu dan usahamu, ibu bangga padamu nak…sangat bangga  tapi ibu tidak suka jika kamu berbohong” kata ibuku
“maafkan aku bu… aku berjanji tidak akan berbohong lagi aku akan berbuat jujur” kataku
“ibu…”  lanjutku
“ada apa nak?” Tanya ibuku yang memesang tanganku
“aku mendapat peringkat TO terbagus se profinsi, aku juga mendapatkan piagam dan beasiswa masuk SMA khusus ternama, ternyata perjuanganku tidak sia-sia” kata ku
“apakah itu benar?” Tanya ibuku
“iya, anak kita emang hebat” kata ayahku memegang tangan ibu
“Nisiola hebat, ibu bangga dengan mu…” kata ibu
“sudah ibu duga, perjuangan Nisiola  tidak akan sia-sia, Nisiola sudah belajar sungguh-sungguh, walaupun saat UKK nilai kamu jelek, namun Tuhan memberikan hasil yang lebih baik lagi, sekali lagi ibu bangga denganmu nak…”
The end


Tidak ada komentar:

Posting Komentar