Episode
2
Mika terkejut melihat Yumi sedang
mengintipnya, Yumi pun takut bukan main, dia tidak tau harus berbuat apa,
kakinya pun seperti membeku, tertahan dengan sesuatu yang berat, Miko pun
berjalan keluar menghampiri Yumi, Yumi panik sekali, ingin rasanya dia langsung
kabur, tapi entah kenapa kakinya seperti ada yang menahannya, dia pun hanya
bisa pasrah menunduk, terdengar hentakan kaki mendekatinya, terlihatlah sepatu
Miko, perlahan, Yumi pun menegakkan kepala, melihatdari bawah sampai sorotan
mata Miko, mereka pun bertemu pandang Yumi pun
tak tau harus berbuat apa
“hai…” sapa Yumi, tidak tau harus berbuat apa
“kamu ngapain disini?” Tanya Miko
“eee…. Hhmm… ng…. nganu… eu…” Yumi gugup “kamu
sendiri lagi ngapain disini? Di kelas kita dulu?” Yumi pun balik nanya
“eee… aku…. Hmm…. Bukan urusan kamu, kamu udah dari
tadi disini?” Tanya Miko, Yumi pun lesu
“ng… nggak kok…. Aku baru lewat, aku mau kekamar mandi dulu ya.....
dadah...." kata Yumi yang berusaha memasang muka yang tenang, dia pun
melewati Miko sedikit menyenggol badannya, Yumi pun menunduk menahan malu dan
takut, tapi disisi lain, Yumi senang, dia bisa kembali menatap Miko dengan
jarak sedekat tadi, “seperti saat kelas 11 dulu” batinnya, Yumi pun tersenyum,
Yumi pun menoleh kebelakang, lagi-lagi Mika menulis sesuatu di buku kecilnya
itu, Yumi pun tersenyum, walaupun dia tidak tau apa yang Miko tulis. Yumi pun berjalan pelan menuju kamar mandi, di belokan menuju kamar mandi Yumi tubrukan dengan Kori, ketua kelas di kelas 10
“duh... maaf-maaf…. Eh… Kori…. Habis dari kamar mandi kamu?” kata Yumi
“iya, eh…. Itu…. Rok kamu basah…. Kenapa?” kata Kori menujuk
Melihat roknya yang basah, Yumi pun kaget bukan main, pantas saja sedari tadi rasa ingin pipisnya menghilang, Yumi takut Miko melihatnya, Yumi pun langsung lari menuju kamar mandi, Kori pun heran, dia pun hanya mengangkat bahu dan melanjutkan jalannya.
Didalam kamar mandi
“TIDAAAAAK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
*****
Lagi-lagi Yumi tidak
mengerjakan PRnya, dikamarnya, dia hanya melakukan hobinya, menggambar anime,
“dari pada belajar, lebih baik ngegambar aja” batinnya, Yumi memang memiliki
bakat menggambar, dalam dinding kamarnya terpenuhi gambar anime buatannya sendiri,
Yumi juga sudah mendapatkan banyak penghargaan dari bakatnya itu, walaupun di
bidang akademik Yumi buruk, tapi bakatnya menggambar itu yang dapat membuat
Yumi dapat meneruskan sekolahnya.“ye….. komikku selesai…. Aku beri judul apa ya? hmm…. Oiya…. Kan tentang kematian… jadi… judulnya, hmm… death…. Hmm… apa ya?” Yumi bingung memikirkan judulnya, tak terasa jarum jam sudah menunjukan angka 10, Yumi pun menutup buku gambarnya.
*****
“telat lagi, pasti belum ngerjain PR” kata Yena“ehehehe….” Kata Yumi
“nih… liat aja yang aku” kata Gita memperlihatkan PRnya
“makasih ya git…” kata Yumi
“enak aja bayar tau…” kata Gita mulai mengeluarkan senyum evilnya
“nape?” Tanya Yumi
“tadi malam aku nonton anime, judulnya death note, kamu tau kan…” kata Gita
“trus aku harus gambar kamu sama tokoh siapa? Light?” kata Yumi sambil menulis PRnya, Gita memang selalu begitu, jika dia terpesona dengan tokoh atau orang, pasti dia meminta Yumi menggambarkan orang itu berdua dengan dirinya
“iya, nanti gambarnya aku sedang duduk di kursi, trus si ligh nya ada dibelakang aku, oke…” kata Gita
“sip dah…” kata Yumi
“SIKAP BERDIRI” teriak Dona, ketua murid di kelas, semuanya pun berdiri
“duh… guru udah masuk nih… kamu udah selesai belum menyalinnya?” Tanya Gita
“bentar…” kata Yumi yang masih sibuk menyalin
“Yumi! Udah ada guru! Cepat berdiri” kata Lia sedikit membisik
“jam segini bu Tia mana mungkin udah datang” kata Yumi yang serius menyalin PR, tiba-tiba buku Yumi direbut
“duh… aku belum sele….” Yumi pun kaget bukan main, Bu Tia sudah ada di hadapannya, dahinya mengkerut, alisnya sudah menempel pada matanya, mulutnya siap menyemprotkan air ludah
“Yumi! belum mengerjakan PR kamu ya! Enak aja kamu... nyontek aja kerjaanmu! Maju kamu kedepan! Selama pelajatan Berdiri disamping papan tulis menghadap ke depan!” kata bu Tia
“iya bu..” dengan lemas, Yumi pun melangkahkan kakinya sudah keempat kalinya dia dihukum seperti itu. Yumi berjalan sambil menundukan kepala menuju samping papan tulis yang terasa jauh itu, “pulang-pulang kakiku harus di olesi balsam lagi deh…” batinnya. Yumi pun berdiri menghadap dinding, membelakangi para murid. Bu Tia pun melanjutkan pembicaraannya
“seperti yang ibu bilang, kali ini kita kedatangan murid baru, ayo silahkan masuk, perkenalkan dirimu” kata Bu Tia, masuklah seorang laki-laki tampan, hampir semua perempuan di kelas terpesona dengan anak baru itu. Yumi yang sedang dihukum ikut melihat murid baru itu, “sepertinya aku pernah melihat cowok itu” pikirnya, “walau pernah, aku gak peduli” dia pun kembali melihat dinding. murid baru itu pun berjalan masuk, murid baru itu melewati Yumi sambil berkata kecil “sedang dihukum ya, pecundang” mendengar itu Yumi pun langsung melihat murid baru itu dengan muka sinis, “awas aja… liat aja nanti” kata Yumi mengepalkan tangannya
“silahkan perkenalkan dirimu” kata Bu Tia tersenyum manis pada murid baru itu
“nama ku Tatsumaki hadake, panggil saja aku hadake aku pindahan dari jepang, mohon kerjasamanya” katanya memberi salam dengan menundukan kepala
“kamu orang jepang? Coba ngomong bahasa jepang!” celetuk Yumi
“Yumi! Tetap liat kedepan!” kata bu Tia
“iya bu” Yumi pun kembali memdang dinding, “dinding yang paling jelek yang pernah kuliat!” kata Yumi kesal
“oke Hadake, coba perkenalkan dirimu dengan bahasa jepang” kata bu Tia tersenyum pada Hadake, “azz… bukannya tadi aku juga bilang gitu! Dasar guru dagu belah! pandai bersandiwara!” gumam Yumi
“perkenalkan nama saya Tatsumaki Hadake, saya harap murid seperti yang ada di depan ini cuman ada satu dikelas ini” kata Hadake dengan nada standar
“apa? kamu kira aku gak mengerti bahasa kamu apa! Kamu cari gara-gara sama aku ha!” kata Yumi menaikan nada
“YUMI! SEKALI LAGI IBU BAWA KAMU KE BK! ” kata Bu Tia mulai mengeluarkan amarahnya, mukanya mulai mengeluarkan ekspresi kemarahan yang khas itu
“iya bu..” Yumi kembali memandang dinding “lama-lama dinding ini makin jelek aja!” gumam Yumi kesal
“coba artikan dalam bahasa Indonesia apa yang kamu katakan tadi Hadake” kata bu Tia mengubah mimik muka cepat sekali
“perkenalkan nama saya Tatsumaki Hadake, saya harap saya dapat menjadi teman yang baik untuk kalian dan menjadi murid yang baik untuk guru dikelas ini” mendengar itu, Yumi pun kesal, kepalan tangannya makin tekan, sedangkan murid-murid yang lain langsung terpesona, suara bisikan pujian terdengar disana-sini “murid baru itu baik sekali” “murid baru itu tampan dan baik ya” “murid baru itu terlihat pintar dan baik” bahkan Bu Tia langsung memujinya
“Tatsumaki Hadake adalah murid yang patut di contoh” mendengar semua itu telinga Yumi panas, tak tahan dia menahan kekesalannya itu
“BOHONG!” teriak Yumi, sambil memukul dinding yang dipandangnya itu, suasana pun sepi, tak disangka, dinding yang Yumi pukul retak Yumi pun langsung menutupi dinding itu dengan badannya
“YUMI! IKUT IBU KE BK!”
“tapi bu.. dia bohong… di… dia…”kata Yumi membela diri
“diem kamu! Beraninya kamu membuat masalah sama murid baru yang teladan ini!” kata bu Tia, Yumi pun menunduk
“buguru, saya hanya memberitaukan bahwa dinding yang tadi muruid itu pukul retak” kata Hadake
“APA! YUMI! LIATKAN DINDING ITU!” kata bu Tia, Yumi pun melangkah kesamping
“YUMI! AKAN KU BAWA KAMU KEKEPALA SEKOLAH”
“tapi bu aku memukulnya tidak terlalu keras, dindingnya aja yang sudah tua, sudah jelek” kata Yumi
“IKUT IBU”
“liat aja kamu nanti Tatsumi Hadake! Dasar orang jepang gadungan!” kata Yumi dalam hati, Yumi pun melihat dinding yang dia pukul “dinding itu bagus juga”
*****
Pelajaran hari ini
berakhir, semua siswa pulang meninggalkan kelasnya, sementara Yumi harus
menjalankan hukumannya dulu sebelum pulang, yaitu mengecat dinding bagian
depan. Yumi pun mengambil cat yang ada di gudang, dibantu Yena temannya, sedangkan
Gita dan Lia memindahkan barang-barang yang ada di dinding depan, seperti papan
tulis, madding kelas dan jam dinding.“makasih ya udah bantuin aku, sekarang kalian pulang aja, biar aku yang ngecat” kata Yumi
“tapi yuumi…. Kita harus bantuin kamu” kata Lia
“masa kita ngebiarin kamu ngecat dinding sebesar ini sendirian?” kata Yena
“udah lah teman-teman… ini hukuman aku, kalau buguru liat aku dibantuin kalian, pasti guru akan marah lagi” kata Yumi
“gapapa Yum?” kata Gita
“iya, gapapa…”kata Yumi
“kurang ajar banget itu murid baru! Beraninya dia berbuat ini dengan temanku” kata Yena
“iya! Awalnya aku terpesona sama dia, tapi, denger dia bohong dan ngejelekin Yumi, aku kesel…” kata Lia
“iya, kesel ih… sok baik banget orang jepang itu” kata Gita
“udah lah… jangan dibahas lagi, bikin kesel… kalian pulang sana, nanti dimarahin ibu kalian”kata Yumi.
“jangan pulang sampai malam ya Yum” kata Gita
“kalau capek, telepon kita, nanti kita kesini bantuin kamu, yakan teman-teman…?” kata Lia
“iya…” kata Gita dan Yena
“pulang sana…. Hati-hati dijalan” kata Yumi
Dengan terpaksa Yena,Gita dan Lia pun pulang
meninggalkan Yumi, sebenarnya Yumi membutuhkan bantuan mereka untuk mengecat,
tapi kata kepala sekolah Yumi harus mengecat sendiri dindingnya, Yumi takut
mereka dapat hukuman, hufft… begitulah jika kita sudah dibawa ke kepala
sekolah, pasti hukumannya berat, hanya meretakan dinding sekecil itu,
hukumannya mengecat semua dinding bagian depan, “untungnya bukan mengecat
dinding satu kelas” pikirnya
“jadi kamu orang jepang juga ya…” terdengar suara memasuki kelas, Yumi pun
menoleh“kamu tinggal di jepang bagian mana?” kata Hideki tersenyum miring
“kamu! Maksud kamu apa ha! Pura-pura baik di depan semua orang! Bilang aku pecundang! Mau kamu apa ha! Belum juga kita kenal udah bikin masalah!” kata Yumi mengeluarkan kekesalannya, Hideki pun hanya tertawa kecil mendengarnya
“jangan tertawa seperti itu! Akan aku cat muka sok tampanmu!” kata Yumi
Hideki pun melangkah mendekati Yumi, Yumi pun mundur menggetar, Hideki pun melangkah makin dekat sambil mengeluarkan senyum nakal, Yumi pun mundur, Hideki mendekat lebih dekat, Yumi pun mundur sampai akhirnya Yumi pun bersandar di dinding. Hideki pun mengulurkan tangannya ke muka Yumi, Yumi takut, dia pun memejamkan matanya
“dinding ini memang sudah tua, dan sering terkena air hujan, wajar saja jika gampang retak” kata Hideki
“KENAPA HARUS BIKIN AKU TAKUT SIH!” kata Yumi membuka matanya
“hahaha…. emang kamu kira aku mau ngapain kamu? Menciummu? Hahaha… perempuan murahan seperti mu emang mudah jadi lelucon.. hahaha…” kata Hideki tertawa jail
“mulai dari sekarang, aku tidak akan memaafkanmu!” kata Yumi menghembuskan nafas kesal yang tidak beraturan, dia pun kembali mengecat, Yumi menanamkan dalam pikirannya tidak akan berbicara dengan Hideki untuk selamanya
“kamu belajar jepang dimana? Atau kamu orang jepang bagian mana?” Tanya Hideki, Yumi tidak menjawab, Hideki pun melihat baju Yumi dan melihat nama lengkapnya
“Misuka Yumi, hmm… pasti kamu orang Tokyo ya… pantas saja aku pernah melihatmu…” kata Hideki, Yumi masih tidak menjawab
“aku kira di Indonesia aku gak akan bertemu orang jepang sepertiku” kata Hideki
“kamu udah di indonesia berapa lama? Apa kamu akan menjadi warga Negara Indonesia? Atau kembali ke jepang?” kata Hideki, Hideki seperti ngomong sendiri
“sini aku bantu” kata Hideki, Hideki pun merebut kuas dari tangan Yumi dan melanjutkan mengecat
“kenapa kamu belum pulang juga ha! Pergi sana! Aku gak mau ketemu kamu!” kata Yumi kesal, Yumi pun merebut kuas dari tangan Hideki, sayangnya Hideki terlalu tinggi “pergi sana, kalau guru melihat mu mengecat aku yang akan dihukum!” kata Yumi
“apa sejahat itu? Gak mungkin lah… udah.. kamu istirahat aja pecundang” kata Hideki
“kamu kayak gak tau kepala sekolah aja! Kembalikan kuas ku!” kata Yumi
“semua guru sudah pulang! dinding sebesar ini mana mungkin orang seperti kamu cat sendirian! Nih kuas mu! Akan ku cari kuas yang lain…” kata Hideki,
Hideki pun mengembalikan kuas Yumi, dan pergi ke
gudang mengambil kuas yang baru, dengan terpaksa Yumi pun mengecat bersama
Hideki, mereka pun mengecat bersama, tanpa Yumi sadari, diujung jendela kelas
ada seorang laki-laki yang sedang mengitip, Miko
TO
BE CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar